Senin, 02 Februari 2015

Etika Dalam Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Menejemen

Etika Dalam Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Menejemen

Akuntansi Adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi (Aset = Liabilitas + Ekuitas).
Akuntansi Manajemen adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi control.
1. Tanggung Jawab Akuntan Keuangan
Etika dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen merupakan suatu bidang keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas. Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang mengkhususkan fungsi dan aktivitasnya pada kegiatan pengolahan data akuntansi dari suatu perusahaan dan penyusunan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak yaitu pihak internal dan pihak external. Sedangkan seorang akuntan keuangan bertanggung jawab untuk:
1.   Menyusun laporan keuangan dari perusahaan secara integral, sehingga dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak external perusahaan dalam pengambilan keputusan.
2.   Membuat laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan IAI, 2004 yaitu dapat dipahami, relevan materialistis, keandalan, dapat dibandingkan, kendala informasi yang relevan dan handal, serta penyajian yang wajar.






2.   Tanggung Jawab Akuntan Manajemen
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasidan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi control.
  1. Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem perencanaan, menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
  2. Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan kejadian-kejadian yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
  3. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang diharapkan.
  4. Menjamin pertanggung jawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggung jawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.
  5. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.
3.   Competence, Confidentiality, Integrity and Objectivity of Management Accountant
  1. Competance (Kompetensi)
Arti kata Competance disini adalah setiap praktisi Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
-          Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
-          Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
-          Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan serta dapat diandalkan.





  1. Confidentiality (Kerahasiaan)
Dalam hal kerahasiaan ini Praktisi akuntansi manajemen dituntut untuk :
-          Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
-          Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
-          Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
  1. Integrity (Integritas)
Integrity (Integritas) Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
-          Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar dari potensi konflik.
-          Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
-          Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat mempengaruhi tindakan mereka.
-          Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian tujuan organisasi.
-          Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
-          Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang menguntungkan dalam penilaian profesional.
-          Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan profesi.





  1. Objektivity (Objektivitas)
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
-          Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif
-          Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
  1. Objectivity of Management Accountant (Objektivitas Akuntan Manajemen)
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya karenadisebabkan prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain, seperti memberitahukan informasi dengan wajar dan objektif dan mengungkapkan sepenuhnya informasi relevan.

4.    Whistle Blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya adalah moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia perusahaan. Contohnya seorang karyawan melaporkan kecurangan perusahaan yang membuang limbah pabrik ke sungai.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan, melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral.
Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat, motivasi  utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak orang, yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kecurangan terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.





5.   Creative Accounting
Creative Accounting adalah semua proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999). Pihak-pihak yang terlibat di dalam proses creative accounting, seperti manajer, akuntan (sepengetahuan saya jarang sekali ditemukan kasus yang melibatkan akuntan dalam proses creative accounting karena profesi ini terikat dengan aturan-aturan profesi), pemerintah, asosiasi industri, dll.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan keuangan yang tidak benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode alokasi, mempercepat atan menunda pengakuan atas suatu transasksi dalam suatu periode ke periode yang lain).

6.   Fraud Accounting
Fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya.
         Unsur-unsur Fraud (Kecurangan)
Dari beberapa definisi di atas, maka tergambarkan bahwa yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan (semua unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak pernah terjadi) adapun unsur-unsur tersebut adalah :
        Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation)
        Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
        Fakta bersifat material (material fact)
        Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly)
        Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi


        Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation);
        Ada yang merugikannya (detriment).
Kecurangan disini juga termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/perusahaan.

         4 Faktor Pemicu Fraud (Kecurangan)
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
        Greed (keserakahan)
        Opportunity (kesempatan)
        Need (kebutuhan)
        Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

         Pelaku dari Fraud
Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,yaitu manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan Karyawan/Pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).





Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa : Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.

• Kategori Kecurangan
1.      Berdasarkan pencatatan
a.       Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku
b.      Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan akuntansi yang valid
c.       Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”
2.      Berdasarkan frekuensi
a.       Tidak berulang (non-repeating fraud)
b.      Berulang (repeating fraud)
3.      Berdasarkan konspirasi
4.      Berdasarkan keunikan
a.       Kecurangan khusus (specialized fraud)
b.      Kecurangan umum (garden varieties of fraud)

         Pencegahan Kecurangan
Kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara –cara berikut :
a)      Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu :
1.      Lingkungan pengendalian ( control environment ) menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.



2.      Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola.
3.      Standar Pengendalian ( control activities ) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4.      Informasi dan komunikasi ( information and communication ) adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka.
5.      Pemantauan ( monitoring ) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
b)      Mengefektifkan aktivitas pengendalian
c)      Meningkatkan kultur organisasi
d)     Mengefektifkan fungsi internal audit
e)      Menciptakan struktur penggajian yang wajar dan pantas
f)       Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti
g)      Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi
h)      Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan, dan hal-hal lain yang dapat mencegah munculnya kecurangan.

7.   Fraud Auditing
Karakteristik kecurangan Dilihat dari pelaku fraud auditing maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan menjadi 2 jenis :
1.      Oleh pihak perusahaan, yaitu manajemen untuk kepentingan perusahaan (di mana salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting, untuk menghindari hal tersebut ada baiknya karyawan mengikuti auditing workshop dan fraud workshop) dan pegawai untuk keuntungan individu (salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva).


2.      Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan).
Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa manipulasi, pemalsuan, atau laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan, untuk itu sebaiknya anda mengikuti auditing workshop dan fraud workshop.
Salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum(ada baiknya karyawan mengikuti seminar fraud dan seminar auditing).
Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji jenis ini adalah penggelapan terhadap penerimaan kas, pencurian aktiva perusahaan, mark-up harga dan transaksi tidak resmi.

Sabtu, 29 November 2014

Metodologi Penelitian "Desain Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif"

DESAIN PENELITIAN 
PENDEKATAN KUANTITATIF

A. Detail Studi
Pertama yang harus dibuat untuk menyusun suatu desain penelitian kuantitatif adalah detail studi. Kelompok ini dikenal sebagai back-bone dari suatu desain studi penelitian, dalam arti penelitian harus mengidentifikasi semua hal utama yang akan dia lakukan waktu akan melakukan suatu penelitian ilmiah. Detail studi ini akan diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti dan diakhiri dengan penentuan study setting.


1. Pernyataan Permasalahan Penelitian
Penelitian secara umum selalu terdiri dari dua hal yaitu menemukan/penentuan masalah dan pemecah masalah. Penemuan masalah ini merupakan tahapan paling awal dalam penelitian dan merupakan bagian yang paling penting karna dalam menentukan masalah akan mempengaruhi sterategi yang akan dipakai untuk menyelesaikan masalah tersebut. Proses penemuan maslah ini dapat ketahui. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi atau membuat pertanyaan yang tepat, tidak akan mungkin kita mendapatkan jawaban tepat pula dari sebanarnya yang inggin kita ketahui.

Penentuan masalah penelitian ini juga merupakan “kontrak” seorang peneliti untuk melakukan suatu kegiatan penelitian dengan semua pihak yang berkepentingan (penyandang dana penelitian, lembaga penelitian tempat penelitian tersebut bernaung, serta masyarakat umum sebagai pembaca atau pengguna penelitian tersebut).

Menurut Zikmund (1997) ada enam langkah yang dapat ditempuh untuk menghasilkan suatu problem statement:
a. Identifikasi permasalahan yang dihadapi atau fenomena yang menarik perhatian peneliti
Penelitian dapat mengawali proses penentuan problem statement dengan cara mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, atau fenomena yang menarik perhatiannya.
b. Memahami latar belakang dari permasalahan/ fenomena yang terpilih
Setelah menentukan permasalahan/ fenomena yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian awal untuk menentukan latar belakang timbulnya masalah/ fenomena tersebut.
c. Melakalisasi & mengidentifikasi akar permasalahan/ sumber penyebab terjadinya 
Setelah melakukan indentifikasi terhadap akar permasalahan/ sumber penyebab terjadinya, langkah selanjutnya adalah melokalisir dan mengidentifikasi akar permasalahan atau sumber penyebab terjadinyapermasalahan tersebut.
d. Menentukan unit of analysis
Penentuan unit of analysis bertujuan untuk menunjukan level atau tingkat pengambilan data, apakah harus ditingkatkan perusahaan, departemen, bagian, atau lingkup lain dari obyek penelitian.
e. Memtukan relevant variable
Pada dasarnya variable adalah suatu yang berbeda atau membedakan antara suatu hal dengan hal lainnya.
Ø Categorical variable
Variable jenis ini hanya berfungsi untuk membedakan antar satu kelampok data dengan kelompok data lainnya.
Ø Continuous variable
Variable ini mempunyai nilai yang sangat berfaiasi dan tidak terbatas karna sangat bergantung dari berbagai kondisi dan variable-variable lainnya.
Ø Dependent & Independent variable
Variable yang nilainya akan berguna pada nilai dari variable independent, sedangkan variable independent memiliki nilai yang bebas, dalam arti lebih bersifat kostanta dalam model matematik.
Ø Moderating variable
Ø Extraneous variable
Ø Intervening variable
1.1. Menyusun Hipotesis
Melakukan uji hipotesis dan menjelaskan hubungan diantara variable-variable yang ada, suatu penelitian diharapkan dapat menentukan sumber terjadinya masalah atau memberikan gambaran tentang berbagai variable yang mempengaruhi suatu permasalahan yang ada. Jenis-jenis hipotesis menurut Mann (1995) sebagai berikut:
Ø If-then statement (pernyataan jika-maka)
Ø Directional and nondirectional hypotheses
Ø Null & alternate hypotheses

2. Tujuan Studi
Berdasarkan problem statement yang ada, peneliti harus menentukan purpose of study apakah termasuk exploratory, descriptive, explanatory, experimental research, hypothesis testing, ataukah case study analysis. Tahapan penentuan tujuan studi ini sangat penting karna akan mentukan pemilihan metode dan pendekatan lain dalam upaya menyusun desain penelitian. Sedangkan untuk pendekatan kuantitatif in, akan dibahas lebih detail tentang hypothesis testing & case study. Gay (1992), menjelaskan hypothesis testing & case study sebagai berikut:
Ø Hipotesis Testing
Jenis studi ini biasanya menjelaskan karakteristik dari suatu hubungan, atau menentukan perbedaan diantara dua kelompok variable pada situasi tertentu.
Ø Case Study
Merupakan teknik pemecahan masalah yang dialami oleh suatu organisasi dimana pemecahan masalah tersebut akan didasarkan pada masalah serupa yang pernah dialami oleh organisasi lain. 

3. Jenis Investigasi
Penelitian harus menentukan jenis dari investigasi yang akan dilakukan, apakah mengandung jenis sebab akibat (casual) ataukah hubungan (correlational). Menurut Cooper (1995) jenis casual akan dipergunakan jika peneliti ingin mengetahui adanya penyebab dari suatu fenomena, serta akibat yang ditimbulkannya, sedangkan jenis correlational akan dipergunakan jika panel inti ingin mengidentifikasi faktor-faktor penting yang berhubungan.

4. Tingkat Keterlibatan Peneliti
Keterlibatan peneliti akan sangat berpemgaruh pada jenis investigasi yang ditetapkan sebelumnya. Jika studinya correlation, maka peneliti akan melakuakan interveransi seminimum mungkin (bahkan jika dimungkinkan, panel inti berharap bahwa obyek penelitian tidak menyadari atau tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dijadikan obyek pengamatan) terhadap obyek penelitian, karna tujuan utama dari korelasi, adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan obyek penelitian.
Sebaliknya jika jenis investigasi adalah kausal, maka peneliti biasanya cenderung melakukan investigasi yang lebih dominan, karna dalam studi kausal ini, peneliti seringkali harus memberikan “treatment” atau memanipulasi variable tertentu agar dapat sesuai dengan kebutuhan utama dari suatu penelitian, yaitu untuk menjawab research questions. 

5. Study Setting
Adalah upayah untuk menentukan apakah studi dapat dilakukan dilingkungan normalnya, ataukah harus dilakuan upayah untuk dilakukan studi diuar lingkungan normalnya (dilakukan modifikasi untuk mengubah lingkungan normal). Adapun menurut Gay (1992), jenis dari study setting adalah:
Ø Field Study
Adalah merupakan correlation studies yang dilakukan dilingkungan asal intervensi dari peneliti sangat minim.
Ø Field Experiment
Merupakan causal studies yang dilakukan dilingkungan asal dimana peneliti melakukan manipulasi terhadap variable idenpendan, & kejadian-kejadian yang terpilih sebagai obyek penelitian.
Ø Laboratory Experiment
Causal studies yang dilakukan dengan memberikan stimuli kepada kepada lingkungan asal dengan berbagai hal buatan (artificial) dalam rangka melakukan dan memanipulasi serta mengandalikan semua faktor lingkungan, dengan tujuan memberikan lingkungan yang ideal bagi penelitian causal tersebut.

6. Unit Analisis
Suatu terkecil dari obyek penelitian, yang diinginkan oleh peneliti sebagi klasifikasi pengumpulan data. Ada berbagai macam unit analisis, peneliti harus dapat menentukan unit analisis yang sesuain dengan kebutuhannya. Semangkin besar unit analisis yang dipilih, akan menimbulkan konsekuensi semangkin besar pula data yang harus diproses serta sumber data yang dialokasikan untuk menganalisisnya.

7. Desain Sample
Istilah-istilah desain sample menurut Sekaran (2000) sabagai berikut:
Ø Population 
Populasi merupakan batas dari suatu obyek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi) dari hasil penelitian yang bersangkutan.
Ø Element
Bagian dari sesuatu yang diteliti
Ø Population Frame
Keseluruhan pupulasi tatapi memiliki perbedaan tujuan atau fungsi
Ø Sample
Sebagian dari beberapa populasi yang memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian
Ø Subject  
Masing-masing sample dari populasi

7.1. Probability Sampling
Adalah tehnik pengambilan sample dimana semua elment mempunyai peluang untuk dipilih sebagai sample. 
a. Unrestricted or simple random sampling
Metode sample jenis ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada semua elmen untuk dapat dipilih sebagai sample.
Peneliti dapat mengunakan undian, yaitu dengan cara menaruh sobekan kertas dalam suatu jambangan yang masing-masing kertas telah terisi nama dari seluruh elemen, untuk kemudian dengan mata tertutup peneliti mengambil kertas dalam jambangan tersebut dan dijadikan sebagai sample.
b. Restricted or complex probability sampling
Peneliti dapat mengunakan serangkaian batasan (restricted) dengan tujuan membantu dalam upaya untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengumpulan data, serta menyederhanakan dan mengurangi tingkat kesulitan untuk mendapatkan/ mengumpulkan data dari elemen yang terpilih sebagai sample. Menurut Berensen & Levine (1992) ada lima jenis sample yaitu:
Ø Systematic sampling
Ø Stratified random sampling
Ø Cluster sampling
Ø Area sampling
Ø Double sampling

7.2. Non-Probability sampling
 Pada jenis ini, tidak semua elemen mempunyai peluang untuk terpilih sebagai sample, dengan demikian temuan dari hasil dari studi yang menggunakan sampling jenis ini tidak dapat langsung digeneralisasikan sebagai hasil penelitianterhadap populasi. Jenis dari non-probability sampling menurut Berensen & Levine (1992) sebagai berikut:
a. Convenience sampling
Jenis sampling desing akan dipilih oleh penetiti jika peneliti telah mempunyai informasi tentang elemen yang telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sample.
b. Purposive sampling
Sampling jenis ini adalah metode penetapan sample dengan cara menentukan target dari elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya. Jenis dari sampling desain ini adalah.
Ø Judgment sampling
Jenis sample ini dilakukan jika peneliti mengunakan subjects dari sample yang terpilih berdasarkan penilaian (judgment) dari penelitian semata.
Ø Quota sampling
Quota sampling adalah jenis lain dari purposive sampling, dimana dalam penentuan banyaknya jumblah elemen yang terpilih sebagai sampling akan ditentukan berdasarkan quota maksimal sebanding dengan komposisi masing-masing kelompok.

Trade Off di antara Confidence dengan precision
Jika peneliti ingin meningkatkan confidence atau precision, atau bahkan kedua-duanya, jumblah sampling harus ditingkatkan. Jika karna suatu hal, jumblah sample tidak bisa ditingkatkan, maka harus dilakukan trade-off antara precision & confidence.

Penentuan ukuran sample
Pada dasarnya ukuran sample akan bergantung pada tingkat precision & confidence yang diinginkan.

8. Time Horizon
Adalah satuan waktu, dimana data tentang obyek akan dikumpulkan dan dianalisis sebagai dasar untuk menjawab research problem/ research questions. Peneliti harus menentukan & menyatakan dengan jelas periode kapan pengambilan data tersebut dilaksanakan, karna dari obyek penelitian yang sama, namun periode pengambilan datanya berbeda, akan menyebabkan data berbeda pula.



B. Konklusi 
Pendekatan kuantitatif merupakan salah-satu pendekatan penelitian ilmiah, yang menekankan pada pengujian suatu fenomena dengan mengunakan alat uji kuantitatif. 
Desain penelitian kuantitatif adalah merupakan dasar serta rerangka berpikir dari suatu penelitian ilmiah, dimana keberhasilan & kualitas dari suatu penelitian ilmiah akan sangat bergantung pada penyusunan desain studi ini.